Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 15 Maret 2016

Dikunjungi Hujan.

Kau bilang;
ada sesuatu yang rumit dan sukar tertebak.
Ia seperti letupan, ingatan, lalu meluap dari dalam kepalamu.
Bibirmu tiba-tiba getar, menghempaskan abu.
Serta lagu-lagu dayu, berbunyi denyut, dan kau hilang dalam hanyut.

Selimut tebalmu, ia bentang di tubuhmu yang rentang.
Ia benteng lembut, yang kau beli di pasar kota, yang baru saja di lalap kobaran politik.
selimut itu,
Ia peredam atas letupan rahasia, dan perihal lampau yang gagal terjangkau.

Kau sembunyi, kedap udara, dan jantungmu bara.
Di mejamu; tergelepar berlembar kertas, suara radio, dan secangkir cokelat hangat gagal usai.
Apa yang kau tuai?

Lalu kau bilang lagi;
sebetulnya, hujan adalah perihal yang paling kau benci.
Hujan piawai memutar film, melukis, dan menjadikanmu seorang pengunjung,
yang menikmati masa lalunya di depan layar kaca jendela,
yang selalu tertunda untuk kau ubah menjadi susunan kayu.

Hujan selalu menyertakan namaku di hadapmu, senyum punyaku, dan kesakitan yang kusesali.
Aku juga; membenci hujan.
Ia membawamu ke dalam kamarku, ruang tidurku, dan di puisi-puisiku.
Hanya untuk menjadi rahasia dan tiada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar