Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 30 Maret 2016

Kejutan Radio

      Jelang tengah malam, tersisa dua segmentesi yang harus diselesaikan oleh Gano sebelum tiba waktunya pulang. Seperti biasa, dua segmentasi yang masih tersisa terdiri dari sesi request lagu, kemudian di akhir acara akan ada sesi curhat-curhatan yang dibuka untuk para pendengar radio.

Ya, 2 tahun bekerja sebagai penyiar radio, Gano sangat menikmati profesinya saat ini. Ia bahkan memiliki nama tersendiri saat sedang menyiar, Mika. Sebetulnya, sejak awal, ia tak pernah memiliki keinginan untuk menjadi seorang penyiar radio. Sejak  masih SMA, Gano sudah mencanangkan tujuan dan cita-cita untuk berprofesi sebagai seorang penulis profesional. Pada masa SMA pula, ia jatuh hati kepada kakak kelasnya, Saputri Handayani. Namun sial bagi Gano, ia harus memutar haluan cita-cita kepenulisannya setelah tahu bahwa kakak kelasnya itu sangat mendambakan calon pasangan yang suatu saat nanti bakal berprofesi sebagai penyiar radio.

Mengetahui itu, dan untuk sementara waktu, Gano menunda menyampaikan seluruh perasaan yang ada di balik dadanya. Ia berjanji akan mempelajari semua cara untuk menjadi seorang penyiar, untuk kemudian suatu nanti, ia akan benar-benar menjadi seorang penyiar radio dan menyampaikan perasaannya kepada Saputri Handayani.

"Kring..kring.kring.." Penelepon terakhir dari salah seorang pendengar berbunyi.

"Halo, selamat tengah malam. dengan siapa di mana?" Sapa Mika.

"Hai, mas Mika. Selamat malam juga. saya dengan Putri di Cempaka Mas."

Tiap kali mendengar nama Putri, Seringkali Gano mengira bahwa sosok itu adalah Saputri Handayani. Namun setelah berkali-kali ia pastikan, setiap penelepon yang bernama Putri, tak ada satu di antara mereka yang benar-benar Saputri Handayani. Hingga akhirnya, ketika mendengar kembali nama Putri, ia tidak lagi berniat untuk memastikan apa-apa.

"Oh, ok. Putri mau berbagi cerita apa nih hari ini...?"

"Ok." Suara Putri terdengar mantap dan siap menyampaikan curahan hatinya.

"6 tahun yang lalu... Tepatnya saat saya masih duduk di bangku SMA. saya enggak sengaja jatuh hati kepada seseorang. Selalu aneh dengan perasaan saya pada saat itu, saya selalu tampil cuek di hadapannya. Tapi hati saya tidak pandai menyembunyikan kebahagaiaan, bahkan kepada diri saya sendiri. Saya selalu bahagia ketika kami berdua secara enggak sengaja menjadi dua murid yang tersisa di ruangan perpustakaan sekolah. Kami hanya berdua dan tanpa berkata apa-apa. Diam-diam, saya sering memperhatikan dia dari jauh."

"Saya baru sadari setelah 4 tahun belakangan ini. Saya memang jatuh hati kepada pria yang selalu tampil sederhana itu. Ini nyata. Dari teman-teman kelas, saya mendengar cerita perihal usaha kerasnya untuk mendapatkan balasan cinta dari saya. Ia bahkan rela mengubur cita-citanya untuk menjadi seorang penulis dan memutuskan untuk menjadi seorang penyiar radio. Seperti apa yang pernah saya impikan kepada siapa pun yang kelak menjadi pasangan saya nanti."

"Di koridor sekolah, saya pernah mendapati dia berlalu sambil membawa sebuah buku yang berisikan beberapa kumpulan tips menjadi seorang penyiar radio. Saya tahu itu dari teman kelasnya. Saya mengagumi caranya itu, dia benar-benar belajar dan bersungguh-sungguh. sejak lulus sekolah, saya selalu berharap mengenai hal-hal bodoh, saya ingin pulang ke masa itu lagi. Tapi itu semua enggak lebih dari sekadar kemustahilan yang teramat ingin saya miliki." Hela nafas berat dan panjang terbuang dari mulut penelepon terakhir ini. Sepertinya, sebuah rahasia dan beban ia sampaikan dengan sangat hati-hati.

"Saya menyesal telah melajutkan pendidikan perguruan tinggi di luar kota Jakarta, hal itu membuat saya tidak lagi bisa mengetahui kabarnya, sama sekali tidak. Hingga sekarang, saat saya sudah kembali di kota ini, Jakarta." Lanjutnya.

Sejenak, suasana seperti langit di subuh hari, senyap dan sunyi. Di sisi lain, Gano seolah tak mempercayai semuanya. Apa yang putri ceritakan, persis seperti yang terjadi padanya di 4 tahun lalu, pada masa ia masih SMA. Gano mengambil waktu beberapa detik untuk menenangkan pikirannya. Dalam kondisi seperti ini, Gano mesti tetap pada kapasitasnya dan profesional dalam bekerja.

"Hmm... untuk seseorang bernama Gano..." Mendengar namanya disebut, hati Gano seperti air yang dipanaskan api. Semua isi hatinya menguap dan semakin nyata. Ia pun akhirnya sadar, penelepon terakhir ini adalah Saputri Handayani.

"Saya mencintai kamu, melebihi seseorang yang kini menjadi ayah dari calon anak pertamaku..."

"Ya, saya mencintai Gano. Itu saja, terima kasih."


"Halo... halo Putri,. Saputri Handayani..." Kali ini tidak salah lagi, penelepon terakhir ini benar-benar Saputri Handayani.

"Halo.. halo.." Beberapa kali Gano mencoba untuk menyambungkan kembali komunikasi ke telepon Putri, namun gagal. Nomor telepon putri tiba-tiba tak aktif.

*Keesokan harinya...

Waktu adalah pembimbing atas semua hal yang meresahkan. seperti luka, ia akan kering. Memang, bekasnya takkan hilang. Tapi bekas itulah yang akan menyadarkan kita ketika melihatnya. Bahwa, kita pernah berjuang disuatu masa. Luka adalah saksi atas semuanya yang tak sempat tersampaikan. Sehari selang malam kejutan itu, saat Putri menyampaikan segala hal yang juga dirasakan oleh Gano, Gano sama sekali tak berniat untuk kembali menghubungi nomor telepon Putri. Saputri Handayani bukan lagi menjadi hak siapa-siapa, bukan lagi untuk Gano, kecuali ayah dari calon buah hati pertama mereka.

Jumat, 25 Maret 2016

Ketika Menunggu.

Ketika seseorang menunggumu.
Aku bayangkan ia seperti asap mengabu di sebatang gulungan tembakau yang tak sabar untuk dibakar.
Aku bayangkan ia serupa jembatan yang menggapai-gapai kota dan sungai basah.

Ketika seseorang menunggumu.
Aku melihatnya jatuh dengan dada yang disumpal kebisuan serta kerinduan.
Aku melihatnya tengah duduk di taman kota dan lupa membawa seluruh ingatan.

Ketika kau mempertanyakan perihal menunggu.
Aku akan mengucapkan semua suku kata hingga kau lengah dan ingin menimbun pendengaran.
Aku akan memental jarak dan kau akan mencariku di mana-mana.

Ketika kau menafsirkan kata tunggu.
Aku melihatmu seperti gagak yang bertanya kepada pagi tentang keberadaan malam.
Aku melihatmu menulis puisi dan tiba-tiba lenyap dari langit-langit kamar.

Ketika seluruhnya bicara perihal menunggu.
Aku akan sejenak bungkam dan merahasiakan semua apa-apa.
Kau menaksir seluruh yang ada di kepalaku dan menemukan banyak sekali kehampaan.

Kamis, 24 Maret 2016

Mencermati Penulis.

Ada beberapa orang terlahir, kemudian hidup, tumbuh, lalu kelak mati dan dikenang sebagai sejarah berkat pemikiran idealis yang ia toreh semasa masih hidup di dunia.
Namun, ada satu di antara mereka yang tetap saja dianggap hidup, meski sebetulnya mereka sudah mati.
Mereka adalah kelompok yang menempati posisi spesial dengan segala pemikiran ajaib dan imajinatif.

Ya, mereka yang dimaksud adalah; Penulis.
Penulis seperti menu makanan disalah satu restoran cepat saji, yang memiliki banyak sekali penikmat atas beragam rasa yang ia miliki dan tersaji lewat karya tulis.
Setiap penulis sudah barang pasti memiliki visi misinya tersendiri, tujuan, serta motivasi untuk memutuskan pilihan menjadi seorang penulis, seorang peracik kata.
Lalu, apa yang dituai para penulis, apa sesungguhnya motivasi mereka, dan apa keuntungan menjadi penulis?
Ini adalah pertanyaan yang cukup klise, dan saya kira memiliki jawaban yang subjektif bagi setiap masing-masing penulis.

Namun, saya ingin berbagi sedikit pandangan, juga beberapa jawaban yang sudah saya miliki, perihal mengapa saya juga memutuskan untuk bergabung ke dalam orang-orang yang berpikiran imajinatif seperti penulis.
Bagi saya, tulis-menulis adalah sebuah gambaran dunia berbeda yang dipahat dan diciptakan oleh penulis itu sendiri.
Demikian saya, saya pun seperti menciptakan dunia sendiri.
Menjadi penulis, adalah berarti kebebasan.
Menjadi penulis, saya seperti mampu menciptakan sebuah negeri di dalam kepala saya, setiap hari, sebanyak mungkin.
Ajaibnya, dalam dunia menulis, saya bisa menjadi seorang presiden, atau juragan minyak, atau sebagai rakyat kelaparan, hal ini bisa dilakukan kapan saja dan sesuka hati.
Hal inilah yang disebut imajinasi ajaib dari dalam diri penulis yang tak dimiliki banyak orang.
Para penulis merangkai semua perihal yang ada dalam kepalanya untuk kemudian digurat menjadi susunan-susunan kata di atas kertas, yang kita sebut sebagai karya.

Bersebab pemikiran-pemikiran itulah, tak jarang, para penulis digemari banyak orang.
Pandangan mereka yang berbeda dan kadang lebih luas, seringkali menjadi rujukan serta referensi.
Di lain hal, tak sedikit orang merasa hidupnya menjadi lebih baik setelah membaca karya dari para penulis.
Tulisan mereka menuai manfaat dan pengaruh baik dalam hidup para pembaca, bangsa, dan tanah airnya.
Maka tak heran, wafatnya seorang penulis, tak berarti ia bentul-betul telah hilang.
Mereka ada, tetap hidup, dan meiliki arti abadi di hati para pembacanya.

Jumat, 18 Maret 2016

Berbelasungkawa


Jika kau minta, aku akan sekali lagi bertanya. 
Mengapa jantung kita detak. 
Mata kita belalak.                 
Sayap-sayap urung mengepak.


Kita, menyaksikan seluruhnya dari mata. 
Di mana-mana, di luar kita. 
Desau nafas menelusup asap, di trotoar jalan, di angkutan kota.
Dada kita tiba-tiba sesak, menerka-nerka setiap kata.



Aku, melihat kaum durjana kota bersafari.
Melenyap dan membungkam nafasnya sendiri. 
Kau bilang; api adalah permainan abadi milik manusia kota.
Di sana, kejujuran adalah kesia-siaan yang rahasia.


Sore hari, radio mengudara lagi. 
Hutan berlari, mencari tabib bagi daunnya sendiri.
Dan kota, ia seperti pedagang pasar tradisonal yang berada di ambang rugi.
Jika tak mereka indahkan taman, maka manusia kota akan mati.

Selasa, 15 Maret 2016

Dikunjungi Hujan.

Kau bilang;
ada sesuatu yang rumit dan sukar tertebak.
Ia seperti letupan, ingatan, lalu meluap dari dalam kepalamu.
Bibirmu tiba-tiba getar, menghempaskan abu.
Serta lagu-lagu dayu, berbunyi denyut, dan kau hilang dalam hanyut.

Selimut tebalmu, ia bentang di tubuhmu yang rentang.
Ia benteng lembut, yang kau beli di pasar kota, yang baru saja di lalap kobaran politik.
selimut itu,
Ia peredam atas letupan rahasia, dan perihal lampau yang gagal terjangkau.

Kau sembunyi, kedap udara, dan jantungmu bara.
Di mejamu; tergelepar berlembar kertas, suara radio, dan secangkir cokelat hangat gagal usai.
Apa yang kau tuai?

Lalu kau bilang lagi;
sebetulnya, hujan adalah perihal yang paling kau benci.
Hujan piawai memutar film, melukis, dan menjadikanmu seorang pengunjung,
yang menikmati masa lalunya di depan layar kaca jendela,
yang selalu tertunda untuk kau ubah menjadi susunan kayu.

Hujan selalu menyertakan namaku di hadapmu, senyum punyaku, dan kesakitan yang kusesali.
Aku juga; membenci hujan.
Ia membawamu ke dalam kamarku, ruang tidurku, dan di puisi-puisiku.
Hanya untuk menjadi rahasia dan tiada.

Senin, 07 Maret 2016

Monday Blues Vs Satenight.

Hidup terlampau berpilah-pilih untuk setiap tujuan, harapan, serta jalan yang akan ditempuh.
..
Sabtu malam, atau lebih dikenal dengan sebutan, malam minggu.
Adalah satu momentum yang paling ditunggu dan mendapat perhatian khusus dari sebagian orang, yang sejak jauh hari telah menyusun beberapa agenda.
Beberapa ada yang sudah berniat untuk ngapel, atau kencan disalah satu tempat, makan-makan, berbelanja di mall, atau sekadar jalan-jalan mengitari alun-alun kota.

Sadar atau tidak, malam minggu seolah punya identitas dan daya tarik tersendiri.
Malam minggu seolah memiliki daya sugesti yang amat kuat.
Perhatikan, tidak sedikit orang rela menjebak diri mereka di tengah kemacetan, berhimpit, dan yang terparah adalah, tidak sedikit dari mereka menghabiskan uang tabungan hanya untuk merayakan malam minggu.

Namun, lain lagi halnya jika melihat apa yang terjadi di dua hari berikutnya, hari senin.
kebanyakan orang, menjuluki hari ini sebagai I Hate Monday, bahkan mungkin yang terparah adalah Monster Day.
Akan tetapi, bukan berarti julukan-julukan tersebut tak memiliki alasan dan dasar yang bersifat subjektif.
Alasan paling terpopuler dan yang sering menjadi keluhan tak lain adalah, sebab hari senin ialah waktu di mana semua rutinitas, kesibukan, tanggung jawab, dan pekerjaan menumpuk nyaris terjadi pada waktu yang sama.
Hal ini jelas memiliki rasa serta sensasi yang berbeda dengan dua hari yang lalu.
Di hari senin tak ada kencan, belanja di mall, apalagi jalan-jalan macam malam minggu.

Tapi demikianlah dinamika hidup sehari-hari yang kerap terjadi di tengah masyarakat.
lagi-lagi ini adalah perihal pilihan.
Kamu mau pilih mencintai hari senin dengan segudang kesibukannya, dan malam minggu dengan kesenangannya, atau memilih untuk mencintai keduanya dengan mengambil sikap yang bijak dan tidak berdampak buruk untuk masa kini, dan masa depan nanti.
Selamat berpilah-pilih.

Minggu, 06 Maret 2016

Roda Waktu.

Tugas utama dari roda adalah berputar, dan membawa sesuatu yang bertumpu di atasnya, menuju ke suatu masa yang masih rahasia dan tidak diketahui.
Hal ini sering kali juga disebut oleh kebanyakan orang dengan seruan: Takdir.
Kau, aku, sedang bertumpu pada roda yang berbeda.
Dalam masa pertumpuan ini, banyak hal berubah-ubah, berputar-putar, asing, dan kadang kala kita luput, lalu hilang.


"Kapan kau kembali, bung?"
Aku persis sepertimu, pertanyaan dan kegelisahan kerap kali memburu, mereka tidak mengindahkan apa-apa dariku. Kecuali, "Segeralah kembali, bung!"
Roda yang kutunggangi kini, adalah yang paling rahasia dan tersial.
Aku sibuk dibuatnya, lupa, atau mungkin sedang tak menyadari bahwa sesuatu dariku sebetulnya telah hilang.

Aku pun sebetulnya rindu pada kotamu, ingin sekali kembali, dan menggilai lagi apa-apa yang membuat kita terlihat tidak lebih waras dari kota yang lupa memakmurkan kita.
Aku mencintai perjalanan menuju rumahmu, dan kemacetan yang kutemui nyaris di tiap meter laju bus kopaja.
Aku mengagumi gambar logo tiket dari salah satu stasiun kereta yang sering kita tumpangi sepulang dari lokasi wisata kebun binatang.

Kita pernah menjadi dua pelajar yang duduk di bangku yang serupa, kau duduk di dekatku, dan guru terkadang datang terlambat.
Kau mungkin masih ingat, aku punya prestasi akademik yang cukup cemerlang untuk seorang murid pembangkang sepertiku pada masa itu.
Tapi, prestasiku seperti mati, tak bernyali untuk menyelesaikan jawaban dari pertanyaan yang kau hunus, dan sisa saldo pulsa dari ponselmu selalu habis tepat sebelum aku selesai menjawab apa-apa, dan aku selalu mensyukuri insiden yang kau benci itu.

Rodaku, entahlah.
Begitu pula rodamu, aku tak mengindahkan.
Takdir membawa kita ke ruas yang berbeda.
Aku mengenalmu sebagai teman, dan takdir, juga waktu, mengganti namamu sebagai, sahabat.
Semoga kita kekal, bung.

Sabtu, 05 Maret 2016

Inspirasi dan Semangat.

Di dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang sudah barang tentu membutuhkan asa dan semangat, agar kiranya apa yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar serta menghasilkan sesuatu yang sepadan dengan harapan.
Inspirasi, mendengar kata ini, saya dengan spontan berpikir, bahwa nyaris semua orang pasti membutuhkan inspirasi di tengah kesibukan, pekerjaan, dan berbagai kegiatan-kegiatan yang digeluti sehari-hari.
Betapa tidak, kehadiran inspirasi memberikan dampak yang cukup kuat, untuk mendukung mimpi dan usaha seseorang sehingga dapat menghasilkan hal-hal yang cemerlang.
Dan ditambah lagi dengan semangat yang dimiliki, semua halangan-halangan seolah tidak lagi terasa berat.


Demikian pula halnya dengan buku Bukan Utophia.
Saya, beserta para penulis lainnya, akhirnya dapat menyelesaikan buku Bukan Utophia yang sudah tentu tidak terlepas dari inspirasi dan semangat di tiap proses pengerjaannya.

Nah, jika kami bisa berkarya dan menyelesaikan buku Bukan Utophia.
Kalian juga tentu bisa berkarya layaknya yang telah kami lakukan.
Cari inspirasimu, tingkatkan semangatmu.
Bukan Utophia siap menjadi bacaan yang menginspirasi dan menjadi acuan yang bakal membuatmu bertambah semangat.
Good luck!

Buku Bukan Utophia bisa kalian pesan sekarang.
Untuk pemesanan bisa dihubungi via:

Line: Eghyvdjaya
Email: Eghyvdjaya@gmail.com
BBM: 5D988139

Kamis, 03 Maret 2016

Petualangan.



Tahukah, dalam sekejap sesuatu bisa berubah-ubah, bahkan sebelum kamu siap menebak dan menghadapinya.
Petualangan selalu seru, terlampau hambar jika hanya diam dan tak berbuat apa-apa.
Beberapa alasan sebetulnya terdengar cukup logis, mereka ragu melakukan sesuatu karena resiko dan alasan-alasan lainnya.
Namun, ada satu petualangan yang layaknya patut untuk dimulai dan ditekuni.
Kakimu tak perlu melangkah berkilo-kilo meter, resiko tak perlu lagi dicemaskan, dan semua akan sempurna jika secangkir teh hangat atau minuman favoritmu terparkir di dekatmu dengan tenang.
Ini adalah petualangan terbaik!

Lalu, petualangan terbaik yang seperti apakah itu?
Mari menyimak, mari membaca, mari memahami.
Ya, berpetualang dengan buku!
Imajinasimu, prasangkamu, akan berpetualang dengan sendirinya di dalam kepalamu.
Menyelami konflik cerita, berandai-andai, menduga-duga.
Dan terkadang kamu akan merasa menjadi seseorang yang berada di antara buku bacaanmu.
Entah kamu menjadi sosok si lugu, pendiam, romantis, atau karakter lainnya.
Ini petualangan paling rahasia, hanya kamu dan bukumu yang tahu kamu menjadi sebagai karakter siapa.
Sssttt.. sembunyikan karaktermu dari minuman favoritmu, dia sungguh mengamatimu dari jarak dekat!

Tapi, bukankah setiap buku hanya membahas satu-dua point perkara saja, serta tokoh cerita yang tak banyak? Berarti tak banyak karakter yang bisa diselami dan dicicipi?
Ya, betul. Tak banyak buku yang mengangkat banyak tokoh dan ragam macam cerita.
Namun di sinilah titiknya, buku Bukan Utophia siap bekerja dan menjadi referensi bacaanmu.
Di dalam buku Bukan Utophia terdapat banyak sekali karakter, alur, dan konflik.
Imajinasimu akan lebih liar. Bersiaplah menebak, dan menghadapi skenario yang tak terduga dari para penulis-penulis kota Makassar.

Sudah siap berpetualang?
Yuk, segera order buku Bukan Utophia.

Untuk info pemesanan bisa dihubungi via:

Line: Eghyvdjaya
Email: Eghyvdjaya@gmail.com
BBM: 5D988139

Terima kasih.
Selamat berpetualang!